Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan

Selasa, 11 Juni 2013

Oleh: KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, M.A.* 
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ  ١ وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ ٢ الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ ٣ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ ٤ فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ٥ إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ٦ فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ ٧ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ ٨ / الشرح [٩٤]: ١- ٨.
(Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? (1) Dan telah Kami lepaskan darimu bebanmu, (2) Yang memberatkan punggungmu? (3) Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, (4) Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.(5) Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. (6) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (7) Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (8) – Q.S. Asy-Syarh [94]: 1-8).
Surah ini turun sebelum Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berhijrah ke Madinah dan merupakan wahyu ke 12 yang turun setelah surah Adh-Dhuha dan sebelum surah Al-‘Ashr.
Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul mengatakan bahwa surah ini turun ketika kaum Musyrikin memperolok-olok kaum Muslimin karena kemiskinan mereka. Sementara Ibnu Jarir menyatakan bahwa ketika turun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا/ الشرح [٩٤] :٦.
(Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.– Q.S. Asy-Syarh [94]: 6).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Bergembiralah kalian karena akan datang kemudahan bagi kalian. Kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan.”
Kesulitan

PASTI ADA KEMUDAHAN

Posted by Ahmad Habibullaah  |  No comments

Oleh: KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, M.A.* 
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ  ١ وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ ٢ الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ ٣ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ ٤ فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ٥ إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ٦ فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ ٧ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ ٨ / الشرح [٩٤]: ١- ٨.
(Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? (1) Dan telah Kami lepaskan darimu bebanmu, (2) Yang memberatkan punggungmu? (3) Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, (4) Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.(5) Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. (6) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (7) Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (8) – Q.S. Asy-Syarh [94]: 1-8).
Surah ini turun sebelum Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berhijrah ke Madinah dan merupakan wahyu ke 12 yang turun setelah surah Adh-Dhuha dan sebelum surah Al-‘Ashr.
Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul mengatakan bahwa surah ini turun ketika kaum Musyrikin memperolok-olok kaum Muslimin karena kemiskinan mereka. Sementara Ibnu Jarir menyatakan bahwa ketika turun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا/ الشرح [٩٤] :٦.
(Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.– Q.S. Asy-Syarh [94]: 6).
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Bergembiralah kalian karena akan datang kemudahan bagi kalian. Kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan.”

08.31 Share:
Oleh: KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, M.A.*
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِذَا جَآءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ (١) وَرَأَيۡتَ ٱلنَّاسَ يَدۡخُلُونَ فِى دِينِ ٱللَّهِ أَفۡوَاجًا (٢) فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُ ‌ۚ إِنَّهُ ۥ ڪَانَ تَوَّابَۢا (٣)/ النصر [١١٠]: ١-٣.
(Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (1) Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, (2) maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (3) – Q.S. An-Nashr [110]: 1-3)
Surat ini disepakati para ulama sebagai surat Madaniyah walaupun turun di Makkah. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyatakan bahwa surat ini turun pada hari raya Kurban ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berada di Mina pada haji Wada’ (Perpisahan) tahun 10 Hijriyah.
Maka Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu menamai surat An-Nashr ini dengan surat At-Taudi’ karena terdapat isyarat dari ayat-ayatnya yang mengandung kesan tentang dekatnya ajal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan isyarat perpisahan beliau dengan umatnya setelah sempurnanya syari’at Islam yang dipahami dari namanya An-Nashr (kemenangan).
Kemenangan

MENYIKAPI KEMENANGAN

Posted by Ahmad Habibullaah  |  No comments

Oleh: KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, M.A.*
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِذَا جَآءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ (١) وَرَأَيۡتَ ٱلنَّاسَ يَدۡخُلُونَ فِى دِينِ ٱللَّهِ أَفۡوَاجًا (٢) فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُ ‌ۚ إِنَّهُ ۥ ڪَانَ تَوَّابَۢا (٣)/ النصر [١١٠]: ١-٣.
(Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (1) Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, (2) maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat. (3) – Q.S. An-Nashr [110]: 1-3)
Surat ini disepakati para ulama sebagai surat Madaniyah walaupun turun di Makkah. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyatakan bahwa surat ini turun pada hari raya Kurban ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berada di Mina pada haji Wada’ (Perpisahan) tahun 10 Hijriyah.
Maka Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu menamai surat An-Nashr ini dengan surat At-Taudi’ karena terdapat isyarat dari ayat-ayatnya yang mengandung kesan tentang dekatnya ajal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan isyarat perpisahan beliau dengan umatnya setelah sempurnanya syari’at Islam yang dipahami dari namanya An-Nashr (kemenangan).

08.20 Share:

Sabtu, 13 April 2013


Oleh: KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, M.A.*
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ/ ال عمران [٣]: ٢٠٠
(Hai orang-orang yang beriman, bershabarlah kamu dan kuatkanlah keshabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu berbahagia. – Q.S. Ali Imran [3]: 200).
Kata المفلحون (muflihun) berasal dari kata فلح(falaha) yang berarti membelah. Dari sini petani dinamai الفلاح (al-fallah) karena dia mencangkul untuk “membelah” tanah lalu menanam benih. Benih yang ditanam petani menumbuhkan buah yang diharapkannya. Dari sini mungkin orang yang memperoleh apa yang diharapkan dinamai “falah” dan hal itu tentu melahirkan “kebahagiaan” yang menjadi salah satu arti “falah”.
Ar-Raghib Al-Asfihani menyebutkan bahwa الفلاح (kebahagiaan) itu ada 2 (dua) yaitu kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Kebahagiaan dunia berupa keberhasilan mendapat kebahagiaan yang membawa kebaikan hidup di dunia, seperti stabilitas, tercukupinya keperluan hidup dan kemuliaan. Sedang kebahagiaan akhirat berupa kekal tanpa binasa, cukup tanpa kekurangan, mulia tanpa kehinaan dan berilmu tanpa kebodohan.
Muslim

KUNCI-KUNCI KEBAHAGIAAN

Posted by Ahmad Habibullaah  |  No comments


Oleh: KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, M.A.*
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ/ ال عمران [٣]: ٢٠٠
(Hai orang-orang yang beriman, bershabarlah kamu dan kuatkanlah keshabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu berbahagia. – Q.S. Ali Imran [3]: 200).
Kata المفلحون (muflihun) berasal dari kata فلح(falaha) yang berarti membelah. Dari sini petani dinamai الفلاح (al-fallah) karena dia mencangkul untuk “membelah” tanah lalu menanam benih. Benih yang ditanam petani menumbuhkan buah yang diharapkannya. Dari sini mungkin orang yang memperoleh apa yang diharapkan dinamai “falah” dan hal itu tentu melahirkan “kebahagiaan” yang menjadi salah satu arti “falah”.
Ar-Raghib Al-Asfihani menyebutkan bahwa الفلاح (kebahagiaan) itu ada 2 (dua) yaitu kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Kebahagiaan dunia berupa keberhasilan mendapat kebahagiaan yang membawa kebaikan hidup di dunia, seperti stabilitas, tercukupinya keperluan hidup dan kemuliaan. Sedang kebahagiaan akhirat berupa kekal tanpa binasa, cukup tanpa kekurangan, mulia tanpa kehinaan dan berilmu tanpa kebodohan.

12.53 Share:

Kamis, 11 April 2013

Oleh: KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, M.A.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ/  الإسراء [١٧] : ١.
(Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada suatu malam dari Masjid Al Haram ke Masjid Al Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. – Q.S. Al Isra [17]: 1).
Ayat ini dimulai dengan mengemukakan kalimat tasbih dalam bentuk mubalaghah (سبحان) yang menunjukkan bahwa apa yang diperbuat oleh Allah pada ayat ini adalah sesuatu yang sangat menakjubkan (التعجب).
Dia telah memperjalankan hamba-Nya, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada suatu malam (Isra’) dari Masjid Al-Haram di Makkah ke Masjid Al-Aqsha (Masjid Terjauh) di Baitul Maqdis.
Disebut Masjid Al-Aqsha karena masjid ini lokasinya sangat jauh dari Masjid Al-Haram dan tanah Hijaz tempat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabat pada saat itu, demikian menurut Al-Asfihani dalam Al-Mufradat fi Gharibil Qur’an. Saat itu, perjalanan biasa dengan berjalan kaki atau naik unta dari Masjid Al-Haram di Makkah ke Masjid Al-Aqsha di Palestina adalah 40 hari.

Taqwa

MASJID AL-AQSHA PASTI KEMBALI KEPADA UMAT ISLAM

Posted by Ahmad Habibullaah  |  No comments

Oleh: KH. Drs. Yakhsyallah Mansur, M.A.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ/  الإسراء [١٧] : ١.
(Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada suatu malam dari Masjid Al Haram ke Masjid Al Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. – Q.S. Al Isra [17]: 1).
Ayat ini dimulai dengan mengemukakan kalimat tasbih dalam bentuk mubalaghah (سبحان) yang menunjukkan bahwa apa yang diperbuat oleh Allah pada ayat ini adalah sesuatu yang sangat menakjubkan (التعجب).
Dia telah memperjalankan hamba-Nya, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada suatu malam (Isra’) dari Masjid Al-Haram di Makkah ke Masjid Al-Aqsha (Masjid Terjauh) di Baitul Maqdis.
Disebut Masjid Al-Aqsha karena masjid ini lokasinya sangat jauh dari Masjid Al-Haram dan tanah Hijaz tempat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabat pada saat itu, demikian menurut Al-Asfihani dalam Al-Mufradat fi Gharibil Qur’an. Saat itu, perjalanan biasa dengan berjalan kaki atau naik unta dari Masjid Al-Haram di Makkah ke Masjid Al-Aqsha di Palestina adalah 40 hari.

01.18 Share:
Oleh : Ali Farkhan Tsani*
Kita semua tentu mendambakan terwujudnya keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah, yakni keluarga yang tenang, bahagia, harmonis, penuh cinta dan kasih sayang. Tetapi kita juga harus menyadari sepenuhnya bahwa keluarga seperti itu tidak mungin akan tercapai tanpa adanya kebersamaan peranan seluruh keluarga di dalam rumah tangga. Keluarga itu terdiri dari dari ayah, ibu, dan  anak. Masing-masing mempunyai peranan yang sangat besar.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-Rum / 30 : 21).
Di dalam Kitab Taisir Al-Karim Ar-Rahman, Abdurrahman As-Sa’di menjelaskan, “Di antara tanda-tanda kekuasaan yang menunjukkan rahmat dan perhatian Allah kepada hamba-hamba-Nya, hikmah-Nya yang sangat agung dan ilmu-Nya yang luas, adalah dengan kekuasaann-Nya, Allah menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan yang serasi. Allah ciptakan itu sesuai dengan bentuknya masing-masing, agar mereka pasangan tersebut merasa cenderung dan merasa tenteram antarkeduanya. Lalu Allah jadikan di antara mereka rasa kasih dan sayang sebagai buah dari pernikahan tersebut.
Muslim

KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH

Posted by Ahmad Habibullaah  |  No comments

Oleh : Ali Farkhan Tsani*
Kita semua tentu mendambakan terwujudnya keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah, yakni keluarga yang tenang, bahagia, harmonis, penuh cinta dan kasih sayang. Tetapi kita juga harus menyadari sepenuhnya bahwa keluarga seperti itu tidak mungin akan tercapai tanpa adanya kebersamaan peranan seluruh keluarga di dalam rumah tangga. Keluarga itu terdiri dari dari ayah, ibu, dan  anak. Masing-masing mempunyai peranan yang sangat besar.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-Rum / 30 : 21).
Di dalam Kitab Taisir Al-Karim Ar-Rahman, Abdurrahman As-Sa’di menjelaskan, “Di antara tanda-tanda kekuasaan yang menunjukkan rahmat dan perhatian Allah kepada hamba-hamba-Nya, hikmah-Nya yang sangat agung dan ilmu-Nya yang luas, adalah dengan kekuasaann-Nya, Allah menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan yang serasi. Allah ciptakan itu sesuai dengan bentuknya masing-masing, agar mereka pasangan tersebut merasa cenderung dan merasa tenteram antarkeduanya. Lalu Allah jadikan di antara mereka rasa kasih dan sayang sebagai buah dari pernikahan tersebut.

01.12 Share:

Minggu, 03 Maret 2013

       "Orang muslim yang paling baik (kualitas) keislamannya adalah orang yang dimana kaum muslimin merasa aman dari (kejahatan) lisan dan tangannya. Orang mukmin yang paling baik (kualitas) keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik orang yang berhijrah adalah orang-orang yang meninggalkan apa saja yang dilarang Allah. Dan sebaik-baik jihad adalah orang yang memerangi hawa nafsunya demi (ketaatan) kepada Dzat Allah Azza wa Jalla." (HR. Ath-Thabrani dalam al-Kabiir, Ibnu Nashar dalam ash-Shalat, lihat ash-Shahihah no.1491).
       Banyak orang merasa bangga dengan kemampuan lisannya (lidah) yang begitu fasih berbicara. Bahkan tak sedikit orang yang belajar khusus agar memiliki kemampuan bicara yang bagus.
       Lisan memang karunia Allah yang demikian besar. Dan ia harus selalu disyukuri dengan sebenar-benarnya. Caranya adalah dengan menggunakan lisan untuk bicara yang baik atau diam. Bukan dengan mengumbar pembicaraan semau sendiri.
Muslim

“MEMANG LIDAH TAK BERTULANG”: HATI HATI JAGA LIDAH

Posted by Ahmad Habibullaah  |  No comments

       "Orang muslim yang paling baik (kualitas) keislamannya adalah orang yang dimana kaum muslimin merasa aman dari (kejahatan) lisan dan tangannya. Orang mukmin yang paling baik (kualitas) keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baik orang yang berhijrah adalah orang-orang yang meninggalkan apa saja yang dilarang Allah. Dan sebaik-baik jihad adalah orang yang memerangi hawa nafsunya demi (ketaatan) kepada Dzat Allah Azza wa Jalla." (HR. Ath-Thabrani dalam al-Kabiir, Ibnu Nashar dalam ash-Shalat, lihat ash-Shahihah no.1491).
       Banyak orang merasa bangga dengan kemampuan lisannya (lidah) yang begitu fasih berbicara. Bahkan tak sedikit orang yang belajar khusus agar memiliki kemampuan bicara yang bagus.
       Lisan memang karunia Allah yang demikian besar. Dan ia harus selalu disyukuri dengan sebenar-benarnya. Caranya adalah dengan menggunakan lisan untuk bicara yang baik atau diam. Bukan dengan mengumbar pembicaraan semau sendiri.

09.19 Share:

Sabtu, 02 Maret 2013

Muqaddimah
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (19) لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ (20)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Al-Hasyr [59] : 18-20).
Ayat ini dimulai dengan kalimat :  يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَyangartinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah….”. 
Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu mengatakan, bahwa apabila sesuatu ayat dimulai dengan panggilan يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا berarti menunjukkan bahwa ayat tersebut mengandung perihal yang begitu penting atau berupa suatu larangan yang berat.
Taqwa

MUHASABAH, PERSIAPAN MENGHADAPI HARI ESOK

Posted by Ahmad Habibullaah  |  No comments

Muqaddimah
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (19) لَا يَسْتَوِي أَصْحَابُ النَّارِ وَأَصْحَابُ الْجَنَّةِ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمُ الْفَائِزُونَ (20)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Al-Hasyr [59] : 18-20).
Ayat ini dimulai dengan kalimat :  يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَyangartinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah….”. 
Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu mengatakan, bahwa apabila sesuatu ayat dimulai dengan panggilan يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا berarti menunjukkan bahwa ayat tersebut mengandung perihal yang begitu penting atau berupa suatu larangan yang berat.

00.45 Share:
Get updates in your email box
Complete the form below, and we'll send you the best coupons.

Deliver via FeedBurner
Proudly Powered by Blogger.
back to top